Krisis Jalur Gaza dan Solidaritas Kartunis Indonesia

Etnokartunologi (Kamar Kos-Bantul) Sejak pekan kemarin, pada pertengahan bulan November 2012 jika kita melihat berita yang ditayangkan media tertuju pada terjadinya serangan Israel terhadap Palestina di Jalur Gaza. Berbagai suara keluar dari penjuru dunia terutama umat Muslim yang tidak ingin pertumpahan darah dengan banyak korban sia-sia terus terjadi. Wajar jika semua menunjukkan keprihatinan dengan krisis Gaza akibat korban yang jatuh adalah wanita dan anak-anak dengan perbandingan setiap satu roket pejuang Palestina yang meluncur ke wilayah Israel akan dibalas dengan serangan balasan yang berupa serangan udara baik dengan pesawat udara maupun missil dengan jumlah yang lebih banyak pula.
Pekan ini suasana semakin memanas dan perang yang terjadi adalah menimbulkan perang gaya baru dalam abad IT yaitu perang dunia maya. Tindakan caci mencaci maupun bela membela dalam dunia maya baik web, blog sampai jejaring sosial adalah aksi solidaritas untuk memerangi sampai ada pula yang membela Zionis Israel. Bahkan kemarin tanggal 18 November ketika makan di warung Mbak Tari saya membaca koran Tribun Jogja, terjadi aksi para hacker untuk 'membombardir' berbagai situs dan web penting punya Israel total sekitar 40 situs penting pemerintahan Israel yang dibobol. 
Aksi solidaritas bagi kartunis ditunjukkan dengan membuat karya terkait krisis Gaza. telah disuarakan dalam dunia maya. Karena belum sempat untuk menggambar yang saya lakukan adalah membuka file-file lama dari hardisk laptop dan menemukan arsip tentang kartun tema Gaza yang dibuat oleh kartunis Indonesia. Suara kartunis juga suara rakyat, hanya menggunakan media yang berbeda yaitu bahasa visual yang sarat akan makna.
Teh Celup - Karya Kesusanto Liusvia
Karya yang pertama karya Kesusanto Liusvia yang membuat gambar sebuah cangkir dengan teh celupnya. Teh celup adalah jawaban sekaligus inovasi atas budaya ngeteh yang berkembang di berbagai tempat di penjuru dunia. Minum teh bukan sekadar melepas dahaga namun ada nilai tersendiri yang bersifat filosofis dari secangkir teh yang diminum apalagi bersama dengan orang lain dan dalam waktu yang tepat, akan menciptakan sensasi dan memori tersendiri. Kesusanto memotret sisi teh celup dan membuatnya menjadi gambar dalam aksi keprihatinannya atas krisis Gaza. Teh celup pada gambar di atas bermerek logo bintang khas Israel. Teh yang tersaji pun berwarna bukan seperti teh pada umumnya namun berwarna merah darah, sebagai simbol dari kekejaman Zionis Israel yang banyak menimbulkan korban jiwa di kalangan orang sipil termasuk wanita dan anak-anak. 
Gunting Palestina -karya Antonie Agus Rijanto
Agus Rijanto menyuarakan keprihatinannya dengan menggunakan gambar yang lebih menyayat. Digambarkan seorang berpakaian militer yang saya asumsikan sebagai seorang tentara Israel sedang membawa gunting dan memotong bendera Palestina. Gambar ini merefleksikan tindakan Zionis yang tidak akan membiarkan bendera Palestina berkibar di langit Gaza khususnya. Artinya Israel akan selalu berusaha untuk mengebiri sepak terjang Palestina sampai pada titik di mana tidak bisa berkutik lagi.

'Ten Commander' - Karya Tommy Thomdean
 Tommy Thomdean, seorang kartunis dan ilustrator Indonesia yang telah mendunia dan menjadi ilustrator di Koran Kompas membuat gambar yang menurut saya sangat cerdas. Mengadopsi dari cerita dari Alkitab tentang 10 perintah Tuhan kepada Musa atau yang lebih dikenal sebagai Ten Commander. Sebagai salah satu nabi yang dianut oleh orang Yahudi, Musa mempunyai kedudukan yang penting dalam penyebaran ajaran yang didasarkan dari kitab Taurat. Tommy Thomdean menggambarkan Ten Commander dari sisi yang lain. Bukan Musa yang tampil namun seekor burung bangkai. Burung ini adalah lambang dari kematian. Gambar Thomdean merepresentasikan kesalahkaprahan dalam penerimaan dan pelaksanaan ajaran terkait dengan penguasaan wilayah terutama di jalur Gaza.
PEACE - Karya: Hanung Kuncoro
 Hanung Kuncoro (Nunk), kartunis yang mengasuh rublik kartun di tablod Bola menyuarakan aspirasinya dengan  membuat karya yang menggambarkan kondisi orang-orang tidak bersalah yang kerap menjadi korban kekejaman Zionis. Adalah orang-orang sipil yang terdiri dari wanita, kaum papa dan anak-anak yang seakan menjadi tumbal dalam aksi bombardir dan berbagai agresi yang dilancarkan oleh Israel. Jika kita amati gambar ini lebih mendalam secara kode attitude atau kode bahasa tubuh kita bisa mengamati apa yang sedang dilakukan oleh para korban. Dengan alat tulis seadanya bahkan menggunakan darah menuliskan kata pesan perdamaian "PEACE" di dinding. Dan dari belakang nampak tentara Israel mengamati dan terdiam dengan ekspresi yang relatif datar. Gambar ini merepresentasikan ketidakpedulian Israel atas berbagai kecaman yang disampaikan oleh berbagai pihak di seluruh dunia atas tindak tanduknya yang arogan dan memakan korban.
Bom Waktu - Karya Indra Tryana-
 Indra Tryana membuat gambar yang merepresentasikan sebuah bom TNT yang menunjukkan bahwa pada 20:08 akan segera meledak. Angka ini adalah tahun 2008 yang menjadi tahun Israel melancarkan agresi besar-besaran di seluruh wilayah Palestina terutama Jalur Gaza. Kini tahun 2012, atas nama pembelaan diri mereka melupakan apa itu HAM (Hak Asasi Manusia) dan membutakan mata hati pada apa yang telah disepakati dalam segala perundingan dan kesepakatan. Termasuk perjanjian Camp David.
Tolong -Karya: Kessusanto Liusvia
 Gambar karya Kessusanto yang memperlihatkan seorang anak dengan segala keterbatasan berada dalam situasi yang sulit. Sudah terancam tenggelam masih diserang hiu. Anak kecil ini adalah representasi dari Palestina sebagai bangsa yang masih tumbuh berkembang namun mendapat tekanan dari tetangganya yang garang dan suka caplok mencaplok yang bernama Israel. Oleh kerena itu digambarkan sebagai seekor hiu, hewan pemangsa di air yang siap mencabik daging apalagi jika mencium bau darah, artinya jika ada peluang untuk menghabisi Palestina maka dengan berbagai cara akan melancarkan aksi brutalnya.
Damai dalam 'Botol' - Karya Wahyu Kokkang
 Wahyu Kokkang, seorang kartunis yang menjadi ilustrator dan kartunis di harian Jawa Pos menyuarakan keprihatinannya dengan membuat gambar seekor burung dalam botol. Burung merpati pembawa sepucuk daun zaitun adalah lambang dari perdamaian dan suatu orientasi menuju kehidupan yang lebih baik. Simbol ini ilhami dari cerita Nabi Nuh (Noah) dengan kapal hasil instruksi Tuhan akan bencana yang akan datang berupa banjir besar. Ketika banjir telah mulia menyusut dan bersama pada orang-orang yang terselamatkan, Nuh mengutus merpati untuk terbang menjajagi wilayah yang ada di depannya. Beberapa waktu kemudian, merpati kembali dengan membawa sepucuk daun zaitun yang menunjukan bahwa di depan ada tanah yang menjanjikan kehidupan. Cerita ini lain bagi Wahyu Kokkang dalam merepresentasikan kekejaman Israel terutama kaum Zionis yang melakukan kekejaman atas nama kemanusiaan. Perdamaian ada dalam kekangan Israel dan ada pihak yang bermain pula di balik itu yaitu Amerika Serikat.
Deal - Karya: Ramli Badrudin
 Sudah bukan rahasia umum jika setiap ada kendaraan atau militer Israel yang bergerak di Palestina maka yang menjadi perlawanan pertama adalah para anak dan pemuda. Dengan senjata seadanya mereka berusaha merusak kendaraan militer Israel. Mulai dari ketapel, batu sampai yang menjadi sorotan sekarang adalah Roket. Bagi Israel ini merupakan gangguan kecil karena personel dan perlengkapan militer mereka lebih canggih dan lengkap. Namun bagi pemuda dan anak-anak Palestina segala tindakannya adalah sebuah resistensi terhadap berbagai invasi yang datang ke wilayahnya. Ramli Badrudin dengan jeli menangkap situasi tersebut dan menuangkannya dalam sebuah karya yang memperlihatkan sebuah kesepakatan militer dengan malaikat el maut di hadapan seorang bocah Palestina yang sedang membawa batu. Kesepakatan ini berarti segala tindakan pemuda dan anak-anak bisa jadi dibalas dengan sesuatu yang lebih menyakitkan bahkan mematikan misalnya gas air mata sampai pada peluru dari senapan yang siap menyalak. Tidak hanya itu serangan udara pun akan dilancarkan  dengan dalih mempertahankan diri. 
Gambar ini adalah gambar yang menurut saya sangat cerdas dibuat oleh kartunis yang bernama Mohammadreza Akbari asal Iran yang merepresentasikan sepak terjang Amerika dibalik kekejaman yang dilakukan oleh Zionis. Terbukti dari aksi diam dan seolah-olah tidak mau tahu dengan berbagai peristiwa yang berlangsung di jalur Gaza. Bahkan untuk tahun 2012 Amerika Serikat membantu pengembangan senjata penakluk rudal yang dinamakan Sistem Iron Dome
Mohammadreza Akbari (Iran Cartoonist's Artwok)

Atas nama kemanusiaan segala tindakan Zionis yang telah terjadi adalah pelanggaran atas Hak Asasi Manusia dan segala perilaku jelas bukan menggambarkan perilaku yang demokratis. Salam Ngartun dan Save For Palestina.

Subscribe to receive free email updates: