Kartun dan Iklan (Ngartun part 18)

Kartun dan iklan ibarat pisang dengan sale. Artinya kartun juga dapat dijadikan sebagai media iklan. Dulu sebelum era grafis digital yang mutakhir seperti hari ini, iklan menggunakan teknologi cetak yang sederhana. Tidak jarang saat itu orang yang bekerja di biro reklame menjadi sasaran para pengusaha dalam memasarkan produknya. Afandi seorang pelukis maestro Indonesia juga pernah menjadi tukang reklame. Salah satu iklan paling ngartun adalah kartunis yang bernama joni atau Bung Joni. Kartunis ini mempunyai karakter yang selalu hitam putih, berprespektif miring dan mempunyai hidung yang panjang.
Sumber Gambar: tokokomikantik.com
Karakter dari Johnny Hidayat ini pernah menjadi salah ikon salah satu produk obat gosok di era tahun 90-an. Kartun mempunyai posisi yang relevan dalam manarik massa, kalau dalam iklan penyajian tidak harus dengan warna-warna yang menyolok, cewek-cewek cakep atau pemandangan alam dari mulai yang alami sampai yang ekstrim. Sampai hari ini kadang orang masih bingung membedakan antara iklan, reklame, baliho, pamflet, brosur, sponsor, selebaran. Terus ada istilah lain yang berhubungan dengan iklan seperti persuasif, propaganda, komunikasi massa dan provokasi. Yang jelas kali ini saya hanya membahas hubungan antara iklan dengan ngartun saja.

Menurut buku pegangan guru Bahasa Indonesia yaitu (Kamus Besar Bahasa Indonesia) KBBI, yang dimaksud dengan iklan  adalah “berita atau pesan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.” Dari definisi diatas, terdapat beberapa komponen utama dalam sebuah iklan yakni “mendorong dan membujuk”. Dengan kata lain, sebuah iklan harus memiliki sifat persuasi.
Komponen lain dari sebuah iklan adalah adanya barang atau jasa yang ditawarkan. Di era sekarang ini, pengertian iklan menjadi diperluas lagi bukan hanya barang dan jasa yang ditawarkan, namun juga kondisi tertentu. Kita mengenal adanya istilah “iklan layanan masyarakat”. Dalam sebuah iklan layanan masyarakat, isi iklan tidak membujuk seseorang untuk membeli barang atau jasa tertentu. Iklan layanan masyarakat menawarkan suatu kondisi ideal atau sebuah kondisi yang lebih baik dalam sebuah masyarakat.
Iklan dengan menggunakan media kartun meskipun kurang terlalu eye cathing jika tidak didukung dengan warna-warna yang mencolok, namun kekuatan terbesarnya adalah sesuatu yang sederhana namun sukar untuk dilupakan. Saya mengistilahkan sebagai mind cathing alias dapat tertangkap oleh pikiran, instuisi secara lebih cepat dan tepat. 
Iklan yang menggunakan kartun era 80-an
Kartun di gambar sebelah adalah salah satu contoh penggunaan iklan dengan menggunakan kartun. Iklan suplemen makanan yang berbahan dasar madu cukup menarik untuk di bahas dari sisi ikonisitas dan visualnya. Perpaduan yang proporsional antara gambar, teks dan produk. Gambar seeorang yang sedang membawa tas koper adalah identik dengan eksekutif muda atau pekerja kantoran. Sebuah status yang cukup dihormati pada saat itu, karena menjanjikan kekayaan yang lebih. Pekerja kantoran identik dengan orang yang bermobilitas tinggi, menghargai waktu dan selalu dikejar deadline sampai sering mengalami gangguan kesehatan. Pada gambar di samping, seorang pekerja kantoran sedang gemetar dengan wajah yang nampak pucat dan dipertegas dengan keterangan 'Lesu Darah'. Gambar sebelahnya ada seseorang yang sedang mengalami kecemasan yang dapat dilihat dari ekspresi, sikap tubuh dan keringat yang keluar. Gambar orang yang sedang terbaring menurut saya kurang menggambarkan orang yang sedang sakit. Kejanggalan gambar itu adalah antara teks dengan ekspresi tidak saling mendukung. Orang yang sedang sakit biasanya identik dengan ekspresi yang galau, lesu, lemas dan murung. Maklum kita tinggal di negara yang menganggap sakit adalah suatu musibah bahkan aib. Berdasarkan kuliah Antropologi Kesehatan beberapa tahun silam, perilaku masyarakat dan persepsinya terhadap sakit terdapat banyak kemajemukan di berbagai tempat. Jika orang Indonesia menganggap sakit adalah musibah yang kalau bisa jangan diekspos kecuali untuk alibi sebelum diperiksa KPK. Sakit bagi masyarakat kita  sesuatu yang harus dihindari, itulah kenapa banyak tenaga kedokteran yang mengalami kesuitan dalam menentukan diagnosa yang tepat karena pasien berusaha menutupi. Kena kanker ngakunya cuma bisul dan selalu bilang "Nggak papa kok Dok". 
Berbeda dengan masyarakat negara maju yang menganggap sakit adalah suatu alat untuk instrospeksi diri jika ada yang salah dari cara menjaga kesehatan, nutrisi, perubahan lingkungan dan cuaca. Salah satu negera yang mempunyai keunikan dalam memperlakukan datangnya sakit adalah Italia. Orang Italia lebih ekspresif dan mempunyai anggapan bahwa sakit adalah suatu ajang rekreasi, melarikan diri sejenak dari rutinitas. 
Kembali pada pembahasan tentang iklan di atas, teknik hitam putih yang dipakai sudah cukup menarik untuk di lirik saat membuka halaman dan tidak lupa menampilkan aturan pakai agar tidak ada yang kelebihan dosis. Menggabungkan iklan dengan kartun adalah mengkombinasikan dua hal yang sederhana menjadi duet maut yang efektif untuk mengajak, mendorong bahkan membujuk. Karena kesamaan prinsip yang dipakai adalah efektif, efisien, terukur dan provokatif. 
Pingin Badan Sehat dan Kuat. Ucapkan Salam Ngartun setiap hari dengan senyuman yang tulus. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kartun dan Iklan (Ngartun part 18)"

Post a Comment