Diskografi Corat Coret Iseng 2015: Tips dan Trik Menggambar Karikatur ala Roikan

Postingan kali ini saya mempersembahkan hasil corat-coret iseng 2015. Namanya juga iseng, kelakuan wong selo. Merasa mencari pembaruan teknis menggambar dan perlu variasi akhirnya belajar lagi teknik ngarikatur. Menggambar karikatur itu lebih enak dari pada kartun strip. Kalau kartun Strip kita perlu menyusun cerita, menggambar aneka ragam, fokus pada satu tokoh dan kesan humor yang diberikan lebih banyak. Nah karikatur lain lagi, cukup fokus pada satu orang, pelajari anatomi dan yang paling penting cari satu ciri khas dari orang yang kita gambar untuk dijadikan sebagai ciri humornya. 
Sang Pembimbing Tesis: Dr. G R Lono Lastoro Simatupang
Corat-coret kali ini ada beberapa orang yang menjadi 'korban', modus operandi saya kali ini adalah sebagai ucapan terima kasih. Syukur pada Tuhan karena telah menyelesaikan sekolah lagi (lagi-lagi sekolah) di Antropologi UGM. Dan ucapan terima kasih sekaligus apresiasi kepada orang-orang yang banyak membantu selama masa studi, pengerjaan tesis, sidang tesis, inspirator tetap komitmen pada menggambar dan penulis pengantar di buku perdanaku: GGM, bukan Ganteng Ganteng Mesake, tapi Gojlok Gojek Momong: Studi Budaya Kreatif Kelompok Kartunis Kaliwungu (KOKKANG) - Keppel Press 2015. 

Akademik Pasca FIB: Mas Danang

Ada pula orang yang menjadi inspirator saya untuk selalu menggambar dalam segala hal. Apapun aktivitasnya, sempatkan waktu sejenak untuk pemanasan memegang dan memainkan pensil atau spidol. Seorang seniman (atau yang mengaku menjadi seorang seniman) itu dilihat dari hasil karyanya. Apapun itu bidangnya, entah lukis, pahat, patung, musik bahkan seni memancing. Sejak kapan memancing masuk dalam seni? alasannya setelah mendalami dunia mancing ternyata memancing juga membutuhkan ketrampilan dan instuisi yang tinggi. Ketrampilan menggunakan piranti dan kepekaan yang baik pada pembacaan cuaca dan air kali. 




Perjaga kehidupan wacana Antrop UGM: Mas Sarwo


Kartunis Markopok asli Lumajang: Mas Sis (Wahyu Siswanto)
Pelukis dari Pasuruan: Wahyu Nugroho 

Dosen Antrop Media UGM sekaligus Pengantar Bukuku: Dr. Suzie H 

Pendiri KOKKANG, pengantar bukuku: Darminto M Sudarmo (Pak Dar) 
'Korban' corat-coret saya juga tertuju pada seorang akademisi yang saya kagumi. Walaupun tidak pernah bertemu langsung maupun mengikuti kelasnya. Pak Dede Oetomo, dulu pernah mengajar di Antropologi Unair untuk mata kuliah yang berhubungan dengan kajian yang saya tekuni sekarang. Beliaulah yang membuka tabir akan kegelapan saya pada suatu pertanyaan, apakah antropologi dapat meneliti kartun. Lewat email saya berkorenspondensi dengan beliau dan menemukan pencerahan setelah mendapat beberapa wejangan. Lahirlah skripsi saya yang meneliti buku kartun Benny Rachmadi dalam Lagak Jakarta Edisi Transportasi. Itu pengantar awal untuk selalu fokus pada penelitian dan bermimpi untuk menjadi seorang antropolog kartun. 
Akademisi yang menginspirasi: Pak Dede Oetomo 
Menggambar karikatur gampang-gampang susah, terlihat sekilas tampak mudah dan sederhana. Namun tidak sedikit yang merasa susah saat mulai berlaga di medan juang. Saya akan berbagi tips dan trik menggambar karikatur agar menggambar itu menjadi lebih menyenangkan. 
  1. Berlatihlah untuk tidak ragu dalam menggoreskan alat gambar (pensil atau spidol), jika perlu selama 3 hari 3 malam memegang dan menggoreskan spidol/pensil di atas kertas tentunya. 
  2. Jika garis kita dirasa sudah oke, pelajari anatomi wajah dengan seksama. Saat ini banyak buku atau media lain (termasuk video di internet) yang berisi tutorial menggambar wajah dengan baik dan benar. Tapi ingat, karikatur itu wajah yang 'ajur' kalau terlalu anatomi jadilah sketsa wajah. Tapi karikaturis yang tidak belajar ilmu dasar anatomi juga termasuk tukang gambar tak berdasar. Ibarat mengaku antropolog tapi belum paham dasarnya, minimal pengantar antropologi. 
  3. Pakai pensil dulu kalau ragu. Tidak perlu minder jika kita melihat para tukang gambar yang sedang berkarya secara on the spot, misal karikaturis yang menggambar target langsung tanpa pensil. Sekali gores langsung beres. Kalau ragu maka pakai pensil dulu dan ketika merasa sudah mahir baru mulailah dengan tekad kuat, menggambar tanpa sketsa dasar. 
  4. Lakukan eksperimen pada arsiran. Kekuatan visual karikatur terletak pada goresan dan arsiran yang melekat pada setiap relung wajah yang kita gambar. Jangan takut untuk bereksperimen. Entah itu manual atau digital yang penting terus berekspresi dan berinovasi. 
  5. Ikut dan aktif di forum sebagai media instrospeksi dan pembelajaran yang baik. Era internet sekarang ini, banyak forum atau grup atau komunitas yang berisi perkumpulan dari berbagai bidang. Termasuk kartunis atau karikaturis, biasanya mereka memposting hasil karya mereka, jadilah bagian dari hal itu. Tetap percaya diri, gambar dan posting dan nantikan dengan baik segala komentar, caci maki atau apapun untuk perkembangan dan kekhasan menggambar kita.
  6. Terus berlatih dan tetap berkarya. Tips yang terakhir ini mengandung unsur motivasi yang yang kuat. Saya mengamini hal itu. Berlatih dan berkarya secara intensif. Luangkan waktu sejenak dalam 1x24 jam untuk lapor RT/RW, bukan itu maksudnya. Luangkan waktu sejenak dalam situasi dan kesibukan apapun untuk selalu menggambar. Melatih kekuatan ilmu kanuragan agar dapat menjadi pendekar kartun yang diperhitungkan. Jika hal itu telah diamalkan maka kelak tenguk-tenguk nemu gethuk, diam-diam ada yang melirik karya kita dan memesan gambar pada kita. Itulah awal dari cartooning entrepeunership.  Salam Ngartun

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Diskografi Corat Coret Iseng 2015: Tips dan Trik Menggambar Karikatur ala Roikan "

Post a Comment