Rambo Gondrong dari Lereng Merbabu (Nank Ngablak Stories)



Perkenalan saya pada seorang kartunis bernama Anang Jatmiko atau lebih dikenal sebagai Nank Ngablak, dimulai dari melihat gambar karya beliau yang dimuat di majalah Intisari. Era dunia maya serasa mendekatkan interaksi walaupun sebatas chatting. Awal tahun 2014 saya mendatangi rumah sekaligus studio gambar yang merangkap toko kelontong dan warung kopi. 
Nank Ngablak
 Kunjungan selanjutnya adalah tanggal 23 April 2014, saya menghabiskan setengah hari berada di warung sekaligus studio gambarnya. Sebagai seorang kartunis yang mempunyai prinsip tiada hari tanpa tidak menggambar, produktifitasnya tinggi walaupun konsentrasi yang terpecah. Menggambar di sela-sela melayani pembeli dan membuat pesanan kopi. Karakter Mas Nank yang ramah dan humoris menjadi daya tarik sendiri bagi konsumen di warungnya. Pembeli yang datang ke warungnya rata-rata awak bus jurusan Kopeng-Magelang, pedagang sayur sampai tukang ojek yang mangkal di daerah sekitar pasar Ngablak. 
Bersama Arsip dan Meja Gambar Kesayangan



Dikenal sebagai satu-satunya tukang gambar atau kartunis di daerah Ngablak Magelang, terletak di lereng gunung dan dekat pasar Ngablak. Karena kebiasaan membuat gambar lucu yang ditekuni sejak awal tahun 2000-an membuat karakter Mas Nank tidak jauh dari gambar yang biasa dibuat. Termasuk dalam berinteraksi dengan pelanggan di warungnya. Ger-geran istilah yang diungkapkan sebagai berbicara yang membuat orang berpikir sejenak kemudian tersenyum dan tidak sedikit yang tertawa lepas. Hal ini terjadi bukan hanya pada orang yang diajak bicara namun pada orang yang ada disekitarnya. 
Kartunis Gondrong Setiap Saat
 Kartunis yang bisa membuat gambar humor, berpengaruh pada tingkah laku yang humoris juga. Ada dua interaksi antara Mas Nank dengan pembeli di warungnya yang saya amati sebagai interaksi yang tidak biasa (nyelneh). Pertama, saat ada seorang kru bis Kopeng-Magelang yang mendatangi warung dan bilang pada Mas Nank yang sedang menikmati makan siang nasi bungkus bersama saya. Kemudian awak bus tersebut bertanya: “Mas Nang ada obat pilek?”. Saat itu Mas Nank sedang makan dan berkata: “Silahkan lihat di kotak sebelah barat Mas, biasane minum obat apa? Lihat dulu di sana ada apa tidak?”. Awak bus menuju kotak yang dimaksud, disudut lemari yang berisi bukan hanya barang dagangan namun arsip gambar dan berbagai penghargaan kartun karya Mas Nank. Beberapa saat kemudian, wak bus berkata: “Mboten wonten Mas”. Mas Nank menimpali: “ Dilihat lagi Mas”. “Ada banyak obat tapi Neozep tidak ada Mas Nang”. Lalu Mas Nank spontan berkata: “Oh Neozep..ada Mas..ada pabriknya tapi tidak ada di sini, belum dijual di sini”. Awak Bus cuma cengar-cengir sementara Mas Nank kembali meneruskan melahap nasi bungkus bersama saya di dekat meja gambarnya; 
Gondrong Setiap Saat
 Kedua, siang hari ketika aktifitas perdagangan di pasar Ngablak mulai lengang, datang seorang Ibu yang menitipkan dagangan berupa aneka jajan pasar  di warung Mas Nank dari roti, arem-arem, kripik sampai tahu goreng yang dibungkus dalam plastik. Beberapa saat kemudian, datang seorang pembeli yang memegang satu plastik tahu goreng dan berkata: “Mas Nang niki pinten?”. Saat itu Mas Nank dan saya duduk di bangku panjang tidak jauh dari situ, “Monggo diitung kiyambak” kata Mas Nank. Laki-laki tersebut kemudian menghitung satu persatu tahu goreng yang ada di dalam plastik dan berkata: “Sedoso Mas”. Kemudian Mas Nank menganggapi sambil tersenyum “sampun, sedoso nggeh”. Pembeli tersebut terdiam sejenak sambil sambil tetap memegang tahu goreng yang terletak di dalam plastik. Mas Kemudian melanjutkan pembicaraan, “Panjenengan takok cacah tahu ne nopo regane?”. Pembeli tersebut kelihatan kebingungan dan Mas Nank berdiri dari tempat duduknya lalu berkata “Yen takok cacah tahu sak plastik isine sepuluh, nek takok rego siki limang atus dadi sak plastik regane limang ewu, sampun jelas”. Pembeli tersebut kemudian membuka plastik dan mengambil empat potong tahu sambil menyerahkan selembar uang pecahan Rp. 2000,00 kepada Mas Nank, setelah itu tersenyum kemudian meninggalkan warung sembari makan sepotong demi potong tahu goreng. 
Lewat Pasar Ngablak jangan lupa mampir di sini

Saya hanya bisa ketawa dan kemudian Mas Nank bilang: “Yo ngene ki Mas Roikan cara Nank Ngablak melayani pembeli, digawe guyon. Dulu pernah ada pembeli yang datang ke warung untuk berniat membeli arang, padahal jelas di warung saya tidak jualan arang. Ketika bertanya wonten areng?, saya jawab: wonten. Lalu orang tersebut mematung beberapa lama di depan warung kemudian saya kasih penjelasan. Arenge wonten, pabrike tapi sepuntene ten mriki mboten dodolan. Mungkin inilah yang menjadi ciri khas dari Nank Ngablak”. 
Bonus Pict: 
Duel Ngartun yang Saling Menertawakan
 
Oleh-Oleh dari Wisata Kartun 2 (Pemburu Kartunis karya Nank Ngablak)
 
Teknologi Penjerat Lalat dan Penguat Sinyal ala Nank Ngablak

 

Subscribe to receive free email updates: