Karyawan Jepang dalam Perspektif Kartunis

Kehidupan seorang karyawan adalah kehidupan yang mekanis. Bahkan tidak sedikit yang mengatakan bahwa menjadi karyawan selain menjadi mekanis juga statis. Berangkat pagi pulang petang, tanggal muda tersenyum sementara tanggal tua cemas. Karyawan adalah seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan yang menerima gaji tiap bulan sebagai kompensasi kerja kerasnya. Dulu karyawan lebih dikenal dengan istilah buruh, namun karena trauma pada pergerakan komunis di Indonesia, penguasa masa itu (orba) lebih nyaman menggantinya menjadi buruh.
Buruh dalam perspektif masyarakat Jawa adalah pekerjaan yang menempati stata paling rendah, ada buruh tani, buruh panggul sampai buruh tandur. Buruh sejajar dengan kuli, jongos,pembokat dan sejenisnya. Bekerja sebagai karyawan pasti mempunyai atasan dan kita wajib mematuhi perintah dari atasa tersebut, meskipun kadang-kadang dalam hati kita kurang berkenan.
Jepang adalah sebuah bangsa yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi. Semua lapisan masyarakat membudayakan hidup dislpin, mulai dari kehidupan dalam rumah sampai perilaku di luar rumah. Bisa jadi semangat disiplin ini diilhami dari semangat klasik yang bernama Bushido atau jalur ksatria. Ksatria adalah orang yang gagah berani, berdedikasi ditinggi dan setia. Bushido diterapkan dalam perilaku disiplin tingkat tinggi.
Salah satu kartunis yang berusaha melihat kehidupan karyawan dalam prespektif ngartun adalah Shunji Sonoyama yang membuat kartun dengan latar belakang kehidupan karyawan di Jepang. Shunji Sonoyama menerbitkan buku kartun dengan judul The Young Assistant Manager dan The Roving Gambler. Selain itu kartunis yang banyak disukai banyak kalangan di Jepang ini membuat kartun edtorial dengan nama Peesuke yang muncul di Ashahi Shimbun sejak tahun 1979. Dalam karyanya yang berjudul from The Back Street of Japan, Sonoyama ingin mengungkap kehidupan masyarakat Jepang apa adanya dari sudut pandang orang biasa. Berikut adalah beberapa gambar Sonoyama: 
Golf dan Karyawan Jepang
Orang Jepang menyukai golf, namun karena waktu luang yang terbatas dan letak padang golf yang berada relatif jauh di luar kota. Mereka biasanya bermain pada hari libur atau jika memaksa untuk bermain di hari kerja maka malam hari adalah waktu yang bisa untuk bermain golf. Tidak heran jika saat bermain tidak sedikit pemain yang terkantuk-kantuk dan untuk menyiasati malam yang gelap mereka menggunakan lampu sorot di kepala. 

Training Zen ala karyawan

Pembentukan watak dan mentalitas yang baik untuk kinerja perusahaan ditempuh dengan berbagai pelatihan. Salah satunya adalah pelatihan dengan mengadopsi nilai budaya luhur warisan bangsa. Bagi karyawan baru harus menjalani pelatihan Zen dan pelatihan fisik secara intensif. Salah satu latihan yang populer bagi karyawan Jepang adalah Anggur tua dalam botol baru. 
Tuntutan Keluarga di usia senja
Menjadi karyawan sekaligus kepala keluarga harus siap dengan berbagai macam tuntutan kehidupan. Tidak peduli usia yang mulai bertambah. Usia setengah baya bagi karyawan Jepang adalah usia yang harus dihadapi dengan penuh kegigihan karena bukan hanya semangat dan kondisi fisik yang mulai menurun seiring dengan berbagai tuntutan yang mulai meningkat. Salah satu cara untuk tetap bertahan dengan keadaan tersebut adalah tidak boleh dan tidak mudah mengeluh. 
Keluarga Inti
Jika kita melihat Crayon Sinchan, maka kita sering menyaksikan kegaduhan dalam sebuah rumah yang dihuni oleh keluarga inti. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari Bapak, Ibu dan anak-anak yang biasanya berjumlah 2-3 orang. Orang Jepang yang tinggal di kota besar biasa tinggal dalam sebuah rumah yang terdiri dari kamar makan merangkap dapur dan beberapa kamar tambahan. 
Dedikasi tanpa batas
Salah satu urat nadi dalam perekonomian Jepang yang maju adalah persaingan berat di antara para karyawannya. Kompetisi yang baik menghasilkan produktifitas yang baik pula. Bagi karyawan yang mengabdi lama dalam perusahaan tidak dikenakan pensiun, namun mereka ditempatkan dalam ruang kerja sebagaimana karyawan yang lain, hanya saja mereka biasanya memiliki meja yang berada dekat jendela dan tidak sedikit yang seharian hanya terduduk tanpa melakukan pekerjaan apapun. 
Business Like
Orang Jepang terkenal dengan penghargaan yang tinggi pada orang lain. Lihat saja jika orang Jepang sedang membungkuk jika bertemu orang lain, ini adalah bukti jika orang Jepang sangat menghargai orang lain. Karyawan Jepang mempunyai kebiasaan untuk menjamu tamu, selain untuk kepentingan bisnis juga dapat mempererat persaudaraan. Sehingga diharapkan terdapat hubungan yang akrab dari hati ke hati. Gambar di atas adalah salah satu strategi yang diterapkan oleh seorang bos untuk menjamu seorang tamu, karena perusahaan sedang menghemat pengeluaran, maka bir kalengan adalah sarana alternatif untuk menjamu tamu.

Sumber: Intisari Mei 1983

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Karyawan Jepang dalam Perspektif Kartunis"

Post a Comment